Randai merupakan suatu teater tradisi yang bersifat kerakyatan
yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Sampai saat ini,
Randai masih hidup dan bahkan berkembang serta masih digemari oleh
masyarakatnya, terutama di daerah pedesaan atau di kampung-kampung.
Menurut pembagian daerah di Minang disebut Negari.
Teater tradisi bertolak dari sastra lisan, begitu juga Randai
bertolak dari sastra lisan yang disebut: Kaba (dapat diartikan ”cerita”)
BAKABA artinya bercerita. Ada dua unsur pokok yang menjadi unsur
Randai:
PERTAMA, unsur penceritaan, yang diceritakan adalah kaba, dan
dipaparkan/disampaikan lewat gurindam, dendang dan lagu, yang sering
diiringi oleh alat musik tradisional Minang, yaitu: salung, rebab,
bansi, rebana, atau yang lainnya.
KEDUA, unsur laku dan gerak atau tari, yang dibawakan melalui
gelombang. Gerak tari yang digunakan bertolak dari gerak-gerak silat
tradisi Minangkabau,
dengan berbagai variasinya dalam kaitannya dengan gaya silat di masing-masing daerah.
Meskipun pada dasarnya budaya yang menopang termasuk kelompok budaya
etnis ”melayu”, namun budaya Minang lebih terlihat spesifiknya dibanding
dengan teater tradisi lainnya di daerah Sumatra pada umumnya. Terutama
sekali sangat terasa bahwa tarian Minang yang bersumber dari silat
Minang, gerak-geraknya sangat spesifik. Berbeda dengan tarian ”melayu”
pada umumnya.
Kehidupan budaya masyarakat minagkabau, dapat tercermin dari
pertunjukkan Randai, baik dialog yang diucapkan yang penuh dengan pantun
dan syair serta prosa liris yang berupa untaian bait yang masing-masing
bait umumnya terdiri dari empat baris, dua baris berisi sampiran,
sedangkan dua lainnya berisi maksud yang sebenarnya. Dalam pertunjukkan
Randai hal itu meskipun tidak terlalu ketat namun masih terasa bahwa
mereka menyadari perlunya bait-bait tersebut untuk menjaga irama-irama
pertunjukkan agar sesuai dengan gurindam dan dendang yang ada.
Karena sifatnya yang liris, yang terikat dengan jumlah suku kata dan
adanya sajak, syair, pantun, maka kaba selalu didendangkan. Didalam
Randai bagian-bagian cerita yang didendangkan inilah yang disebut
gurindam. Gurindam dan tari yang bersumber dari gerak silat inilah yang
menjadi ciri khas Randai sebagai Teater Tradisi Minang.
Cerita yang dimainkan umumnya dari kaba yang ada, yang merupakan
bentuk sastra lisan di Minangkabau yang terkenal. Kaba-kaba yang populer
umumnya cerita yang dihidangkan sudah dikenal oleh masyarakatnya,
bahkan grup Randai sering memakai nama cerita, misalnya Grup Randai
Magek Manadin, Grup Randai Anggun Nan Tongga, Grup Randai Rambun
Pamenan, dan Grup Randai Gadih Rantin. Padahal semua itu adalah
cerita-cerita yang populer dan digemari oleh rakyat Minang. Cerita
Rakyat, dongeng, legenda, dan lain sebagainya.
Pertunjukkan Randai umumnya dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk
arena dan tidak memakai panggung. Rakyat penonton dan pertunjukkan
menjadi satu.
Pertunjukkan Randai tidak memakai dekor, dan tidak ada batas antara
pemain, penonton dan pemain musik. Karena terasa sangat akrab, mereka
tahan menonton dari jam delapan malam sampai subuh pagi.
Randai tumbuh benar-benar dalam lingkungan masyarakat kebanyakan,
karena dalam struktur masyarakat Minang tidak membedakan golongan dalam
masyarakat yang ada. Randai sekaligus menggambarkan kehidupan masyarakat
sehari-hari. Sesuai dengan petatah-petitih Minangkabau yang berbunyi:
”Kesenian Minang Mambusek dari Bumi dan Manitik Dari langik”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar